mini mouse

Minggu, 23 Juni 2013

PENGARUH BYOD TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI INDONESIA


PENGARUH BYOD TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI INDONESIA
Oleh : Eka Fitri Yanti
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah
Email: indriyanti9393@yahoo.co.id
I.       PENDAHULUAN
Salah satu tren yang paling nyata kita lihat dalam beberapa tahun terakhir adalah fenomena Bring Your Own Device (BYOD). Dengan BYOD, perusahaan mengizinkan karyawan untuk menggunakan smartphone atau tablet mereka sendiri untuk berbagai file dan berkolaborasi dengan rekan kerja, mitra bisnis dan pelanggan di lingkungan perusahaan.
Kebebasan bagi karyawan untuk menggunakan perangkat pilihan mereka tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga memungkinkan akses berkelanjutan ke email, file, dan dokumen kapan saja, dan dimana saja. Karyawan dan perusahaan mulai merasakan keuntungan signifikan dengan memiliki akses ke email kantor dari perangkat pribadi mereka, seperti smartphone dan tablet PC. setidaknya ada dua aspek yang perlu diperhatikan agar BYOD bisa berjalan mulus di Indonesia.
Aspek pertama adalah perlindungan data privasi. Hal ini menyangkut bagaimana penanganan data-data pribadi dari pengguna itu harus sesuai dengan aturan yang berlaku terkait dengan data pribadi. Di banyak negara sudah memiliki pengaturan yang komprehensif, baik di dunia TI maupun terkait perlindungan konsumen. Di Indonesia, kebutuhan pengaturan data pribadi sangat urgent.
Aspek kedua mengenai kelangsungan layanan aplikasi yang tersinkronisasi dari perangkat BYOD dengan pusat aplikasi di cloud server. menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan juga para praktisi di bidang ini untuk dicari solusi mengenai penanganannya.

II.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalahnya adalah “Bagaimana respon karyawan di Indonesia dalam menerapkan BYOD?”

III. PEMBAHASAN
BYOD adalah tren penggunaan perangkat pribadi dari karyawan suatu perusahaan dalam menjalankan pekerjaan melalui laptop, netbook, smartphone, tablet, mulai dari mengirim, menerima informasi bahkan mengakses aplikasi perusahaan, tanpa dibatasi waktu dan tempat.
Studi terbaru IDC, menyebutkan pada 2013 diprediksi sebanyak 1,2 miliar pekerja di dunia atau 35 persen menggunakan perangkat pribadi untuk menjalankan aplikasi perusahaan. Adopsi tren Bring Your Own Device (BYOD) semakin populer di kalangan pekerja masa kini. Hal ini tak lepas dari pesatnya peredaran perangkat dan teknologi pengiringnya. Dengan semakin banyaknya smartphone dan personal device seperti tablet PC memudahkan perusahaan dalam menjangkau konsumer. Hambatan bagi perusahaan bukan lagi akses terhadap informasi, tetapi kemampuan untuk menghubungkan orang dengan informasi pada waktu yang tepat.
Kesadaran dalam mengadopsi BYOD di kalangan enterprise membuat perusahaan kini merasa yang diutamakan bukan cost reduction, melainkan produktivitas. Manajemen perangkat seluler dan keamanan, mengelola kontrol perangkat mobile dan pemisahan data, menjamin akses ke perusahaan dari perangkat mobile, serta bagaimana mengamankan dan mengelola semua data yang dimiliki perusahaan.
IBM memperkirakan implementasi Bring Your Own Device (BYOD) membutuhkan waktu sekitar tiga hingga enam bulan untuk berintegrasi dengan sistem teknologi informasi (TI) yang telah digunakan suatu perusahaan selama ini. Ketika satu perusahaan memutuskan untuk mengadopsi BYOD maka harus memiliki perencanaan dan strategi holistik dengan melihat kondisi sistem TI-nya secara berkelanjutan.
Hadirnya cloud computing bisa mempermudah adopsi BYOD. Hal ini terutama dalam membuat perangkat seperti laptop atau komputer bisa menjalankan aplikasi kantor dan pribadi secara terpisah. Tantangan mengembangkan BYOD bagi perusahaan adalah membuat aplikasi mobile yang bisa berjalan di platform berbeda dan mengembangkan aplikasi yang selama ini biasa digunakan untuk enterprise menjadi mudah diakses secara mobile.
Kesuksesan implementasi Bring Your Own Device (BYOD) bukan berdasarkan jumlah pengadopsi tren teknologi ini semata. Ada beberapa faktor yang membuat BYOD bisa disebut sukses di suatu negara yaitu matangnya ekosistem digital suatu negara. Terdapat beberapa model dari BYOD yang bisa diadopsi di Indonesia. Pertama, membatasi perangkat yang digunakan karyawan dengan merujuk pada merek tertentu, kedua, membatasi dengan merujuk pada spesifikasi teknis tertentu, ketiga, membatasi perangkat pada software tertentu dan keempat, tidak ada pembatasan sama sekali.
Dari 200 responden kalangan pekerja profesional dengan rentang usia 20-57 tahun yang berhasil disurvei Indonesian Cloud Forum (ICF) bersama Indotelko di tiga propinsi Jakarta, Jawa Barat, dan Banten responden menyatakan jika BYOD diadopsi maka mayoritas mengaku lebih menyukai OS Android dengan persentase 62,8%. Sementara BlackBerry (11,6%) meski dari sisi jumlah pengguna lebih banyak namun cuma jadi pilihan ketiga di belakang iOS (25,6%).
Dalam survei juga diketahui bahwa hanya 44,2% pekerja yang lebih senang bekerja di kantor, mayoritas merasa lebih nyaman bekerja di luar kantor dengan persentase terbesar lebih suka bekerja di rumah (39,5%) dan di mal atau cafe (16,3%).
Para responden profesional ini lebih suka bekerja di luar kantor, perangkat BYOD yang paling dirasa perlu untuk digunakan mereka, antara lain tablet, netbook, smartphone, dan laptop. Ancaman gaya kerja BYOD (Bring Your Own Device) pada sebuah perusahaan terletak pada perangkat yang digunakan. Alasannya, perangkat BYOD pekerja belum tentu aman lantaran juga dipakai untuk urusan pribadi. Namun, perusahaan VMware menawarkan teknologi yang disebutnya Dual Persona. Inovasi ini memungkinkan dua profil dalam sebuah smartphone, dimana salah satunya dioptimalisasi untuk mendukung pengaplikasian BYOD, sementara yang lain untuk penggunaan harian.
Namun untuk mengoptimalkan teknologi Dual Persona ini, pengguna korporat harus lebih dulu menggunakan layanan Horizon Suite milik VMware. Dimana layanan ini merupakan 'penghubung' antara perangkat BYOD dengan jaringan kantor.
Kualitas layanan operator telekomunikasi dinilai masih menjadi salah satu penghambat berkembangnya tren prilaku karyawan perusahaan membawa gadget sendiri untuk bekerja. Tren penggunaan perangkat pribadi untuk bekerja terus semakin meningkat, tercermin dari mayoritas karyawan yang siap mengadopsi BYOD. Tetapi dalam implementasinya masih terkendala kualitas layanan operator.
Dalam hasil survey yang dilakukan oleh ICF dan Indotelo.com terhadap 200 responden dari kalangan pekerja profesional yang tinggal di Jabodetabek, dengan rentang usia responden 20-57 tahun. Tercatat sebanyak 34,9 persen responden mengaku belum puas dengan kapasitas layanan internet milik operator, walaupun sekitar 63 persen menyatakan puas.
Kualitas layanan menjadi hambatan karena sebanyak 56,1 persen responden masih berharap bisa mendapatkan kecepatan ideal yang stabil di kisaran 1-3 Mbps saat mengakses internet. Sedangkan 39 persen mendambakan tingkat kecepatan internet yang digunakan bisa di atas 3 Mbps. Fakta tersebut mencerminkan bahwa layanan yang disediakan operator untuk internet belum bisa menunjang BYOD.
Meski demikian, dari sisi tarif, survei tersebut memberi sinyal positif di mana sebanyak 54,8 persen responden mengakui puas terhadap tarif telepon seluler yang dikenakan operator berkisar Rp90-Rp100 per detik. Selain itu mayoritas responden atau sebanyak 52,3 persen rela membayar Rp100.000-Rp300.000 per bulan untuk berlangganan paket data seluler. Sebanyak 47,7 persen berharap bisa mendapatkan kapasitas paket data lebih dari 5GB, sedangkan 38,6 persen tidak mempermasalahkan jika kapasitas yang didapat sebesar 2-5GB, dan sebanyak 13,6 persen memperoleh kapasitas 1-2GB.
Untuk kapasitas data sebesar itu, khususnya untuk paket data unlimited sebanyak 81,8 persen, para responden bahkan rela merogoh kocek lebih dalam dengan kisaran Rp300.000-Rp500.000 sebanyak 20,5 persen dan Rp500.000-Rp1juta sebanyak 18,2 persen. Mayoritas responden yang disurvei lebih menyukai sistem operasi Android dengan persentase 62,8 persen, disusul BlackBerry sebanyak 11,6 persen, meski dari sisi jumlah pengguna lebih banyak namun cuma jadi pilihan ketiga dibandingkan iOS sebanyak 25,6 persen.
Android juga tercatat menjadi pilihan utama para pelanggan data operator jika ditanya soal kecepatan dan ketepatan layanan yang sesuai harapan dengan persentase 48,7 persen, sementara BlackBerry hanya mendapatkan voting 28,2 persen, dan via modem data 23,1 persen. Berbicara soal nilai tambah (value added services/VAS), layanan "mobile payment" menjadi yang paling dibutuhkan sebanyak 32,6 persen, mobile banking 27,9 persen dan games sebanyak 18,6 persen. Sedangkan fitur mobile banking juga paling dimanfaatkan demi urusan transaksi dipilih oleh 52,4 persen responen, cek saldo 28,6 persen, dan transfer dana 19 persen. Adapun dari sisi lokasi, sebanyak 44,2 persen lebih senang bekerja di kantor, mayoritas merasa lebih nyaman bekerja di luar kantor dengan persentase terbesar lebih suka bekerja di rumah sebanyak 39,5 persen, dan di mal atau cafe sebanyak 16,3 persen.
Operator telekomunikasi PT XL Axiata siap menggarap pasar "Bring Your Own Device" (BYOD) atau kelompok profesional yang bekerja dengan menggunakan perangkat pribadi dalam menjalankan tugas-tugas perusahaan. Layanan yang dapat meningkatkan produktivitas pekerja pada suatu perusahaan dan menciptakan efisiensi biaya bagi perusahaan yang bersangkutan
Faktor yang paling berpengaruh pada perkembangan BYOD ini adalah keamanan, karena banyak alasan hal satu ini menjadi pemicu lambatnya perkembangan BYOD. Namun, beberapa perusahaan menawarkan sistem keamanan untuk menunjang kehadiran BYOD diantaranya:
a.       Hewlett Packard (HP)
HP sebagai perusahaan yang juga bergerak dibidang solusi jaringan, menawarkan sistem keamanan infrastruktur dengan penggunaan solusi kabel (wired) dan nirkabel (wireless) dengan jaringan yang lebih sederhana. Ini merupakan solusi lengkap yang ditawarkan untuk memaksimalkan fungsi HP FlexNetwork architechture guna mendukung keperluan BYOD.
b.      FortiOS 5.0
Sistem operasi terbaru diperkenalkan oleh fortinet, sistem ini memberikan sistem keamanan, kecerdasan dan kendali yang lebih baik dalam melindungi perusahaan dari berbagai ancaman serius saat ini dan menghadirkan beragam lingkungan BYOD yang lebih aman.
Hasilnya, seluruh perusahaan dapat melindungi diri mereka dengan lebih baik dari berbagai ancaman tingkat tinggi serta mengelola dan melindungi jaringan mereka dari serangan berbagai jenis perangkat mobile dan aplikasi baru.
c.       Symantec
Perusahaan penyedia produk untuk solusi keamanan dan backup memperkenalkan sebuah aplikasi bernama, App Center Ready Program. Aplikasi yang dapat digunakan pada berbagai perangkat mobile berbasis iOS dan Android ini, diklaim oleh Symantec, mampu memberikan beragam penawaran baru untuk membantu perusahaan mempercepat inisiatif mobilitas mereka
Karena BYOD banyak karyawan yang mendaftar dan berbagi file consumer yang gratis seperti Dropbox. Apple iCloud, dan Google Drive. Sehingga karyawan berbagi dokumen bisnis dengan pihak ketiga dan itu ada di luar kontrol departemen TI.  Akibatnya aset informasi perusahaan dan menciptakan ancaman serius seperti, kebocoran data, hilangnya hak kekayaan intelektual, pelanggaran kepatuhan peraturan untuk kerahasiaan.
Untuk menggelar solusi sinkronisasi dan berbagi file yang sukses dengan ROI yang tinggi, organisasi TI harus mempertimbangkan persyaratan sebagai berikut:
a.       Solusi On Premise 
Perusahaan harus mencari solusi yang memungkinkan mereka untuk menyimpan data secara lokal, dalam sebuah pusat data yang menghilangkan risiko keamanan terkait dengan layanan awan publik. Satu-satunya cara untuk mencapai keamanan total jika aplikasi mobile dan data bisnis secara lokal, terletak di belakang firewall khusus dan dinaungi oleh semua pertahanan yang ini berarti, seperti perlindungan anti-virus dan kontrol akses.
b.      Kemampuan Mengelola Semua Jenis Data
Karyawan menggunakan BYOD untuk memeriksa email, mereview kontrak dan mengirim dokumen. Solusi sinkronisasi dan berbagi file yang benar harus mampu mengelola semua jenis data, termasuk file, gambar, pdf dan klip video, dengan menyediakan sebuah pusat, gudang data berbasis-konten, yang bekerja sebagai sumber tunggal sinkronisasi dan berbagi file.
c.       Kemampuan Sinkronisasi dan Berbagi
Karyawan menggunakan beberapa perangkat PC desktop, smartphone dan tablet yang semuanya dikonfigurasi dengan sistem operasi yang berbeda (misalnya MS Windows, iOS dan Android).
Solusi sinkronisasi dan berbagi file yang optimal harus menyediakan fitur standar dalam aplikasi sinkronisasi dan berbagi file yang dapat mendukung berbagai sistem operasi dan campuran perangkat mobile.
d.      Kontrol Keamanan Ketat
Karyawan sering bekerja dengan data sensitif, seperti quotation dan kontrak penjualan. Oleh karena itu, file harus dienkripsi, dan ditransmisikan melalui SSL. 
Tergantung pada tingkat kontrol yang diperlukan, perusahaan dapat mempertimbangkan kontrol akses yang ketat untuk file individual, penggunaan sandi pada perangkat tertentu, dan bahkan penghapusan jarak jauh dan mencatat jejak akses dan pelaporan.
e.       Penempatan dan Manajemen yang Mudah
Integrasi dengan infrastruktur yang ada merupakan aspek penting dari solusi. Perusahaan harus mampu mengintegrasikan antar-muka yang user-friendly dari solusi sinkronisasi dan berbagi file dengan sistem yang ada seperti Microsoft Active Directory, dan mendukung beberapa protokol, standar industri dan aplikasi.
f.       Skalabilitas
Jika diterapkan dengan benar, solusi sinkronisasi dan berbagi file akan sangat mudah digunakan, yang akan mendorong pengguna untuk menyimpan banyak data dengan sangat cepat. 
Perusahaan harus menanggapi ini dengan kesiapan untuk meningkatkan kuota per pengguna. Infrastruktur ini harus tersedia skalabilitasnya dengan kapasitas besar yang dapat ditingkatkan (dari beberapa terabyte, misalnya, hingga petabyte jika perlu).
g.       Optimalisasi Data
Sinkronisasi dan berbagi file berhubungan dengan volume data yang sangat besar, seperti file, isi database dan email dari ratusan perangkat BYOD. Solusi sinkronisasi dan berbagi file yang optimal harus menyediakan fitur optimasi data seperti kompresi dan single-instancing. Ini akan membantu mengoptimalkan storage dan meningkatkan return atas investasi. 
h.      Ketersediaan
Karyawan ingin menyimpan email dan dokumen di 'ujung jari' mereka untuk kapan saja mereka bertemu dengan pelanggan atau mendiskusikan proposal dengan mitra. Itulah salah satu alasan utama mengapa BYOD telah menjadi suatu alat penting.
Bahkan satu menit downtime dapat mempengaruhi produktivitas mereka, dan profitabilitas seluruh bisnis Anda. Menuntut paling sedikit 99,999% ketersediaan untuk sinkronisasi dan berbagi file sangat penting untuk memastikan kelangsungan bisnis.
i.        Storage yang Dapat Melindungi Diri Sendiri 
Perusahaan perlu berpikir tentang semua biaya tersembunyi yang terkait dengan pertumbuhan data, seperti biaya back up. Karyawan akan mengharapkan data mereka harus dilindungi oleh TI, tapi mem-back up data dalam jumlah besar bisa sangat mahal dan kompleks. 
Perusahaan dapat merespons tantangan ini dengan melengkapi solusi sinkronisasi dan berbagi file mereka dengan storage yang dapat melindungi diri-sendiri di mana data dilindungi tanpa back up.
j.        Jaminan Kepatuhan
Sebagian besar karyawan tidak memiliki banyak pengetahuan TI dan tidak mengerti potensi bahaya yang mereka tempatkan di perusahaan mereka dengan menggunakan platform berbagi file konsumer yang berada di luar kendali dari departemen TI mereka. 
Sebuah solusi sinkronisasi dan berbagi file yang andal akan mengkompensasi kurangnya kesadaran ini melalui fitur integritas data dan kepatuhan yang memungkinkan kolaborasi mulus dan berbagi file, tanpa mengorbankan kebijakan perusahaan dan hukum mengenai keamanan data.
Jika perusahaan tidak memiliki solusi sinkronisasi dan berbagi file, karyawan akan sering menggunakan platform dan aplikasi pihak ketiga, gratis, yang banyak menimbulkan ancaman serius bagi bisnis mereka.
Tanpa solusi itu, tidak ada cara bagi departemen TI untuk mengawasi penggunaan platform dan aplikasi gratis tersebut, yang berarti departemen TI tidak dapat melindungi data perusahaan setelah data tersebut berada di luar dinding kantor.
Menempatkan solusi sinkronisasi dan berbagi file adalah satu-satunya cara untuk menjamin keamanan dan kepatuhan dari tenaga kerja mobile yang sangat produktif. 
Berikut adalah analisis SWOT BYOD di Indonesia:
Kekuatan BYOD dan Peluang :
1.      BYOD dapat menciptakan peluang tenaga kerja yang lebih mobile, tak dibatasi meja di kantor.
2.      BYOD akan menciptakan keuntungan dari sisi efisiensi, kemudian tingkat happiness yang lebih tinggi di antara karyawan.
3.      Inovasi juga akan semakin besar, sehingga perusahaan akan mendapatkan lebih banyak ide-ide segar.
Kelemahan BYOD dan Ancaman :
1.      Karyawan membayar atau membeli untuk semua ponsel, laptop maupun tablet sendiri, berarti karyawan mensubsidi perusahaan.
2.      Jika karyawan gadget nya digunakan untuk bekerja, maka karyawan akan mengklaim biaya yang dikeluarkan itu ke kantor, berarti tidak ada pengurangan biaya.
3.      Divisi teknologi informasi akan lebih sulit, karena mereka harus menangani kerusakan pada ponsel, laptop maupun tablet karyawan karena mengadopsi BYOD. Selain itu, masalah keamanan juga menjadi perhatian yang ujungnya juga akan menambah biaya penyediaan perangkat lunak baru seperti proteksi mobile data, mobile device management serta akses privileges berdasar perangkat masing-masing individu.
4.      Keseragaman alat. Mengizinkan BYOD artinya bisa terjadinya ketidak seimbangan antarkaryawan karena menggunakan gadget yang berbeda-beda. Sehingga, adalah hal yang masuk akal, perangkat untuk seluruh karyawan disamakan, seperti sekolah yang memiliki seragam.
5.      Resiko keamanan menjadi isu terbesar BYOD, sebab membolehkan konsumen memasuki jaringan perusahaan membawa resiko besar. Sehingga, harus ada ketentuan dan aturan mengenai penggunaan perangkat BYOD jika digunakan oleh karyawan atau keluarga untuk hiburan. 
BYOD sulit untuk diaplikasikan karena kekhawatiran kehilangan data. Data yang hilang di karyawan, artinya data perusahaan juga hilang. Kalaupun data perusahaan selalu diupayakan terproteksi oleh perusahaan, yang juga tak kalah repot adalah memisahkan data pribadi dan data perusahaan yang berada dalam satu perangkat tersebut. 
BYOD hanyalah menguntungkan di saat-saat awal, namun pada periode yang lama akan merugikan. Di awal ketika menggunakan perangkat baru, tentu belum menjadi masalah, namun dalam perjalanannya, karena tidak semua karyawan memiliki cara memperlakukan pernagkat mereka secara sama, bisa jadi dalam waktu tidak beberapa lama akan rusak atau butuh perbaikan. Belum lagi, jika pernagkat berbeda, yang membutuhkan interoperability antarperangkat yang dimiliki karyawan.
Selain soal teknik, masalah lisensi juga menjadi perhatian. Sebab, jika berubah ke BYOD, artinya semua lisensi menjadi tanggung jawab perusahaan. Sehingga, divisi TI harus memastikan lisensi yang dimiliki cukup untuk menangani semua perangkat BYOD.
Berikutnya adalah soal produktivitas. Alasan orang memiliki atau membeli perangkat ponsel, laptop atau tablet sendiri adalah untuk kesenangan, bukan bekerja. Sehingga, adalah beresiko jika hal-hal yang tadinya untuk kesenangan dibatasi untuk bisnis atau pekerjaan. Atau sebaliknya, jika BYOD disediakan perusahaan, adalah juga menyiksa jika perangkat hanya bisa dipakai untuk bekerja, padahal di dalam pernagkat tersebut ada aplikasi seperti games, video ataupun jejaring sosial.
Terakhir, namun juga penting, adalah banyak karyawan yang juga tidak terlalu peduli dengan gadget. Mungkin hal yang aneh, namun tidak semua orang begitu mengikuti perkembangan teknologi atau terobsesi akan kehadiran teknologi baru.
IV.  PENUTUP
Karyawan llebih menyukai pekerjaaan yang bias dikerjakan dimana saja. Adanya BYOD ini bias menjadi salah satu udara baru bagi para karyawan. Namun, system keamanan harus tetap diperhatikan untuk mencegah terjadinya kehilangan data dan pencurian yang tidak di inginkan oleh pihak perusahaan.
V.     DAFTAR PUSTAKA
2.      hhtp://wahyucouple.blogspot.com/2013/04/hp-tawarkan-solusi-keamanan-byod.html
5.      http://www.antaranews.com/berita/373545/survei-adopsi-byod-terkendala-kualitas-layanan-operator









HP TAWARKAN SOLUSI KEAMANAN BYOD PERUSAHAAN udah

20.05  WAHYUCOUPLE  NO COMMENTS



Jakarta – Tema bring your on device (BYOD) yang sedang digalakkan perusahaan sekarang ini, memiliki keuntungan dan kerugian sendiri. Salah satunya adalah faktor keamanan, karena akses perangkat mobile mempengaruhi mudahnya bocor informasi perusahaan.

“Faktor yang paling berpengaruh pada perkembangan BYOD ini adalah keamanan, karena banyak alasan hal satu ini menjadi pemicu lambatnya perkembangan hal tersebut. Dan hal keamanan ini juga menjadi yang paling kami perhatikan,” ujar Justin Chiah, Category Manager Networking Hewlett Packard (HP) Indonesia, di Jakarta, Rabu (10/04).

Menurutnya, sistem keamanan itu berasal dari infrastruktur yang digunakan perusahaan masih menerapkan sistem pengelolaan yang berbeda untuk Wired dan Wireless.
“Operator TI akan mengalami kerumitan apabila Wired dan Wireless masih dipisahkan, selain itu juga pengelolaan terkadang terlalu rumi,” jelas Justin.

Dan untuk memberikan kemudahan tersebut, HP sebagai perusahaan yang juga bergerak dibidang solusi jaringan, memberikan pemecahan masalah tersebut dengan penggunaan solusi kabel (wired) dan nirkabel (wireless) dengan jaringan yang lebih sederhana.
“Ini merupakan solusi lengkap yang ditawarkan untuk memaksimalkan fungsi HP FlexNetwork architechture guna mendukung keperluan BYOD klien,” terangnya.

Infrastruktur tersebut bekerja dengan fungsi pengadaan dan on-boarding device terbaru melalui pengelolaan tunggal dan keamanan secara otomatis lewat teknologi software-define networks (SDN).

Melalui pengadaan infrastruktur ini, perusahaan diklaim bisa meminimalisir biaya operasional hingga 38%, serta mendukung perangkat mobile hingga 1000 device Wireles. “Melalui solusi yang kami tawarkan ini juga, pengguna bisa selalu terhubung dengan mengurangi masa down-time, karena didukung juga dengan software HP Wi-Fi Clear Connect,” tutupnya.
Kolom Telematika
Pastikan BYOD Tak Korbankan Keamanan Data!
Penulis: Terrance M. Tangit - detikinet
Senin, 20/05/2013 16:40 WIB

Terrance Maximus Tangit (hds)
Jakarta - Salah satu tren yang paling nyata kita lihat dalam beberapa tahun terakhir adalah fenomena Bring Your Own Device (BYOD). Dengan BYOD, perusahaan mengizinkan karyawan untuk menggunakan smartphone atau tablet mereka sendiri untuk berbagi file dan berkolaborasi dengan rekan kerja, mitra bisnis dan pelanggan di lingkungan perusahaan.

Kebebasan bagi karyawan untuk menggunakan perangkat pilihan mereka tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga memungkinkan akses berkelanjutan ke email, file dan dokumen kapan saja, di mana saja.

Di sisi lain, perusahaan bisa mendapatkan keuntungan instan dalam hal visibilitas, manajemen waktu, penghematan biaya, dan lingkungan kerja yang positif -- semua tanpa harus berinvestasi dalam peralatan mahal, ruang kerja atau tenaga kerja tambahan.

Menurut laporan terakhir, pasar global BYOD dan enterprise bergerak juga sedang mengalami pertumbuhan eksponensial, dari USD 67,21 miliar pada tahun 2011 menjadi sekitar USD 181,39 miliar pada tahun 2017 dengan proyeksi CAGR 15,17%.

Ancaman yang Mengintai

Dengan popularitas BYOD, tidak mengherankan bahwa karyawan sering mendaftar untuk layanan berbagi file consumer yang gratis seperti Dropbox, Apple iCloud dan Google Drive.
Dengan kata lain, karyawan berbagi dokumen bisnis dengan pihak ketiga dan menyimpan dokumen di tempat-tempat yang benar-benar di luar kontrol departemen TI mereka.
Konsumerisasi layanan TI enterprise dan proliferasi BYOD ini membahayakan keamanan dan integritas aset informasi perusahaan dan menciptakan ancaman serius, misalnya, kebocoran data, hilangnya hak kekayaan intelektual, pelanggaran kepatuhan peraturan untuk kerahasiaan dan retensi, dan eksposur jaringan perusahaan terhadap ancaman eksternal.

Untuk secara efektif dan aman mendukung fenomena BYOD saat ini, perusahaan harus memberikan alternatif platform untuk sinkronisasi dan berbagi file yang memungkinkan pengguna untuk mengakses data dan berkolaborasi pada perangkat apa saja, dari lokasi mana saja, setiap saat, namun melakukannya dengan aman, dan dengan pengawasan perusahaan, dengan menggunakan objek cloud berbasis-storage, privat.

Untuk menggelar solusi sinkronisasi dan berbagi file yang sukses dengan ROI yang tinggi, organisasi TI harus mempertimbangkan persyaratan sebagai berikut:
·         Solusi On Premise
Perusahaan harus mencari solusi yang memungkinkan mereka untuk menyimpan data secara lokal, dalam sebuah pusat data yang menghilangkan risiko keamanan terkait dengan layanan awan publik.
Satu-satunya cara untuk mencapai keamanan total jika aplikasi mobile dan data bisnis secara lokal, terletak di belakang firewall khusus dan dinaungi oleh semua pertahanan yang ini berarti, seperti perlindungan anti-virus dan kontrol akses.

·         Kemampuan Mengelola Semua Jenis Data
Karyawan menggunakan BYOD untuk memeriksa email, mereview kontrak dan mengirim dokumen. Solusi sinkronisasi dan berbagi file yang benar harus mampu mengelola semua jenis data, termasuk file, gambar, pdf dan klip video, dengan menyediakan sebuah pusat, gudang data berbasis-konten, yang bekerja sebagai sumber tunggal sinkronisasi dan berbagi file.

·         Kemampuan Sinkronisasi dan Berbagi
Karyawan menggunakan beberapa perangkat -- PC desktop, smartphone dan tablet – yang semuanya dikonfigurasi dengan sistem operasi yang berbeda (misalnya MS Windows, iOS dan Android).
Solusi sinkronisasi dan berbagi file yang optimal harus menyediakan fitur standar dalam aplikasi sinkronisasi dan berbagi file yang dapat mendukung berbagai sistem operasi dan campuran perangkat mobile.

·         Kontrol Keamanan Ketat
Karyawan sering bekerja dengan data sensitif, seperti quotation dan kontrak penjualan. Oleh karena itu, file harus di-enkripsi, dan ditransmisikan melalui SSL.
Tergantung pada tingkat kontrol yang diperlukan, perusahaan dapat mempertimbangkan kontrol akses yang ketat untuk file individual, penggunaan sandi pada perangkat tertentu, dan bahkan penghapusan jarak jauh dan mencatat jejak akses dan pelaporan.

·         Penempatan dan Manajemen yang Mudah
Integrasi dengan infrastruktur yang ada merupakan aspek penting dari solusi. Perusahaan harus mampu mengintegrasikan antar-muka yang user-friendly dari solusi sinkronisasi dan berbagi file dengan sistem yang ada seperti Microsoft Active Directory, dan mendukung beberapa protokol, standar industri dan aplikasi


·         Skalabilitas
Jika diterapkan dengan benar, solusi sinkronisasi dan berbagi file akan sangat mudah digunakan, yang akan mendorong pengguna untuk menyimpan banyak data dengan sangat cepat.
Perusahaan harus menanggapi ini dengan kesiapan untuk meningkatkan kuota per penggunan
Infrastruktur ini harus tersedia skalabilitasnya dengan kapasitas besar yang dapat ditingkatkan (dari beberapa terabyte, misalnya, hingga petabyte jika perlu).

·         Optimalisasi Data
Sinkronisasi dan berbagi file berhubungan dengan volume data yang sangat besar, seperti file, isi database dan email dari ratusan perangkat BYOD. Solusi sinkronisasi dan berbagi file yang optimal harus menyediakan fitur optimasi data seperti kompresi dan single-instancing. Ini akan membantu mengoptimalkan storage dan meningkatkan return atas investasi.

·         Ketersediaan
Karyawan ingin menyimpan email dan dokumen di 'ujung jari' mereka untuk kapan saja mereka bertemu dengan pelanggan atau mendiskusikan proposal dengan mitra. Itulah salah satu alasan utama mengapa BYOD telah menjadi suatu alat penting.
Bahkan satu menit downtime dapat mempengaruhi produktivitas mereka, dan profitabilitas seluruh bisnis Anda. Menuntut paling sedikit 99,999% ketersediaan untuk sinkronisasi dan berbagi file sangat penting untuk memastikan kelangsungan bisnis.

·         Storage yang Dapat Melindungi Diri Sendiri 
Perusahaan perlu berpikir tentang semua biaya tersembunyi yang terkait dengan pertumbuhan data, seperti biaya back up. Karyawan akan mengharapkan data mereka harus dilindungi oleh TI, tapi mem-back up data dalam jumlah besar bisa sangat mahal dan kompleks. 
Perusahaan dapat merespons tantangan ini dengan melengkapi solusi sinkronisasi dan berbagi file mereka dengan storage yang dapat melindungi diri-sendiri di mana data dilindungi tanpa back up.
·         Jaminan Kepatuhan
Sebagian besar karyawan tidak memiliki banyak pengetahuan TI dan tidak mengerti potensi bahaya yang mereka tempatkan di perusahaan mereka dengan menggunakan platform berbagi file konsumer yang berada di luar kendali dari departemen TI mereka. 
Sebuah solusi sinkronisasi dan berbagi file yang andal akan mengkompensasi kurangnya kesadaran ini melalui fitur integritas data dan kepatuhan yang memungkinkan kolaborasi mulus dan berbagi file, tanpa mengorbankan kebijakan perusahaan dan hukum mengenai keamanan data.
Jika perusahaan tidak memiliki solusi sinkronisasi dan berbagi file, karyawan akan sering menggunakan platform dan aplikasi pihak ketiga, gratis, yang banyak menimbulkan ancaman serius bagi bisnis mereka. 
Tanpa solusi itu, tidak ada cara bagi departemen TI untuk mengawasi penggunaan platform dan aplikasi gratis tersebut, yang berarti departemen TI tidak dapat melindungi data perusahaan setelah data tersebut berada di luar dinding kantor. 
Menempatkan solusi sinkronisasi dan berbagi file adalah satu-satunya cara untuk menjamin keamanan dan kepatuhan dari tenaga kerja mobile yang sangat produktif.
*) Penulis, Terrance M. Tangit merupakan Managing Director ASEAN, Emerging Markets & Indonesia, Hitachi Data Systems.
Posted in:
Implementasi BYOD Butuh Waktu Hingga 6 Bulan
Achmad Rouzni Noor II - detikinet
Selasa, 21/05/2013 09:04 WIB

Jakarta - IBM memperkirakan implementasi Bring Your Own Device (BYOD) membutuhkan waktu sekitar tiga hingga enam bulan untuk berintegrasi dengan sistem teknologi informasi (TI) yang telah digunakan suatu perusahaan selama ini.

"Normalnya sekitar tiga hingga enam bulan untuk impelementasi BYOD jika mau diadopsi oleh satu perusahaan. Ini harus dilihat skala perusahaannya dan jenis pekerjaan yang akan di BYOD-kan," jelas WebSphere Technical Sales Leader IBM Indonesia, Eryan Ariobowo dalam keterangan tentang BYOD di Jakarta, Selasa (21/5/2013).

Disarankannya, ketika satu perusahaan memutuskan untuk mengadopsi BYOD maka harus memiliki perencanaan dan strategi holistik dengan melihat kondisi sistem TI-nya secara end-to-end.
 

"Harus ada standarisasi, misal di level sistem operasi satu perangkat tidak bisa standar, tetapi di level aplikasi harus sama standarnya. Selain itu juga harus ada level prioritas dari jenis pekerjaan yang bisa cepat adopsi BYOD," jelasnya.

Menurutnya, hadirnya cloud computing bisa mempermudah adopsi BYOD. Hal ini terutama dalam membuat perangkat seperti laptop atau komputer bisa menjalankan aplikasi kantor dan pribadi secara terpisah.
 

"Di perangkat mobile seperti smartphone sepertinya belum bisa. Kita pasang mirror, sehingga ada dua virtual di perangkat karyawan. Ini sekuritinya juga jadi bagus," tuturnya.

Dikatakannya, tantangan mengembangkan BYOD bagi perusahaan solusi adalah membuat aplikasi mobile yang bisa berjalan di platform berbeda dan mengembangkan aplikasi yang selama ini biasa digunakan untuk enterprise menjadi mudah diakses secara mobile.

"Kuncinya di Mobile device management (MDM). Dengan MDM ini bisa mengelola dan mengontrol perangkat bergerak untuk mengakses data perusahaan," katanya.

Dijelaskannya, untuk memperkuat solusi di pasar mobile enterprise ini IBM telah melakukan sekurangnya 10 akuisisi perusahaan yang kuat di bidang tersebut sejak 2006, memiliki sekitar 270 patent untuk inovasi wireless, serta terus meningkatkan investasi guna mengembangkan IBM MobileFirst.

"Solusi IBM MobileFirst ini menjawab semua kebutuhan korporasi terutama masalah jaminan BYOD itu tidak hanya menekan biaya tetapi meningkatkan produktivitas karyawan. Produk ini cepat bisa diimpelemntasikan dan bisa berjalan di cross platform serta mampu terkoneksi dengan mulus ke aplikasi enterprise," tukasnya.

(rou/rou)

BYOD, Bukan Soal Cost Tapi Produktivitas belum
Susetyo Dwi Prihadi - detikinet
Kamis, 16/05/2013 18:06 WIB

Ilustrasi (Ist.)
Jakarta - Adopsi tren Bring Your Own Device (BYOD) semakin populer di kalangan pekerja masa kini. Hal ini tak lepas dari pesatnya peredaran perangkat dan teknologi pengiringnya.

Menurut survei yang dikutip oleh Strategic Business Development Director Intel Indonesia Corporation, Harry K. Nugraha, pada akhir tahun 2012 sebanyak 38% Direktur Teknologi Informasi (CIO) di Amerika Serikat mendukung penggunaan BYOD,.

Sementara itu dari 82% perusahaan yang disurvei pada tahun 2013 menyatakan, sebagian besar atau seluruh pekerjanya menggunakan perangkat sendiri untuk melakukan pekerjaan.

Sedangkan faktor yang mendorong BYOD, tercermin dari 74% direktur IT meyakini bahwa BYOD dapat membantu para pekerjanya lebih produktif.

Ditambahkannya, lebih dari satu tahun kemitraan dan kolaborasi antara sumber daya manusia, aspek hukum dan keamanan untuk melindungi karyawan dalam memilih penggunaan perangkat.

Dengan semakin banyaknya smartphone dan personal device seperti tablet PC memudahkan perusahaan dalam menjangkau konsumer. Hambatan bagi perusahaan bukan lagi akses terhadap informasi, tetapi kemampuan untuk menghubungkan orang dengan informasi pada waktu yang tepat.

"Meningkatkan kemampuan perangkat konsumer dengan aplikasi bisnis yang sama menjadi kunci dalam menggerakkan produktivitas dan keterlibatan karyawan dalam memajukan perusahaan," sebut Harry, dalam diskusi bertajuk 'Ready or Not, BYOD is Here' di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Kamis (16/5/2013).

"Kesadaran dalam mengadopsi BYOD di kalangan enterprise membuat perusahaan kini merasa yang diutamakan bukan cost reduction, melainkan produktivitas," sebutnya.

Sedangkan, Eryan Ariobowo WebSphere Technical Sales Leader IBM Indonesia, mengatakan dalam mengembangkan BYOD dibutuhkan kemampuan memanfaatkan infrastruktur TI secara holistik, termasuk mengidentifikasi jaringan terkait.

Selanjutnya, menciptakan aplikasi ponsel untuk berbagai platform mobile yang memanfaatkan aplikasi perusahaan agar dapat diakses dari berbagai piranti bergerak.

"Tidak kalah penting adalah manajemen perangkat seluler dan keamanan, mengelola kontrol perangkat mobile dan pemisahan data, menjamin akses ke perusahaan dari perangkat mobile, serta bagaimana mengamankan dan mengelola aplikasi bergerak," sebutnya.

Secara keseluruhan, dalam rangka memaksimalkan tren BYOD, IBM mengembangkan solusi melalui empat pola yaitu berdasarkan platform, analitik, sekuriti, dan manajemen.


(tyo/ash)