PENGARUH BYOD TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI INDONESIAOleh : Eka Fitri YantiJurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi UIN Syarif HidayatullahEmail: indriyanti9393@yahoo.co.id
I.
PENDAHULUAN
Salah
satu tren yang paling nyata kita lihat dalam beberapa tahun terakhir adalah
fenomena Bring Your Own Device (BYOD). Dengan BYOD, perusahaan mengizinkan
karyawan untuk menggunakan smartphone
atau tablet mereka sendiri untuk
berbagai file dan berkolaborasi dengan rekan kerja, mitra bisnis dan pelanggan
di lingkungan perusahaan.
Kebebasan
bagi karyawan untuk menggunakan perangkat pilihan mereka tidak hanya
meningkatkan produktivitas, tetapi juga memungkinkan akses berkelanjutan ke
email, file, dan dokumen kapan saja, dan dimana saja. Karyawan dan perusahaan mulai merasakan keuntungan signifikan dengan
memiliki akses ke email kantor dari perangkat pribadi mereka, seperti
smartphone dan tablet PC. setidaknya ada dua aspek yang perlu diperhatikan agar
BYOD bisa berjalan mulus di Indonesia.
Aspek pertama adalah perlindungan data privasi. Hal ini menyangkut
bagaimana penanganan data-data pribadi dari pengguna itu harus sesuai dengan
aturan yang berlaku terkait dengan data pribadi. Di banyak negara sudah
memiliki pengaturan yang komprehensif, baik di dunia TI maupun terkait
perlindungan konsumen. Di Indonesia, kebutuhan pengaturan data pribadi sangat
urgent.
Aspek kedua mengenai kelangsungan layanan aplikasi yang tersinkronisasi
dari perangkat BYOD dengan pusat aplikasi di cloud server. menjadi pekerjaan
rumah bagi pemerintah dan juga para praktisi di bidang ini untuk dicari solusi
mengenai penanganannya.
II.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas maka perumusan masalahnya adalah “Bagaimana respon karyawan di
Indonesia dalam menerapkan BYOD?”
III.
PEMBAHASAN
BYOD
adalah tren penggunaan perangkat pribadi dari karyawan suatu perusahaan dalam
menjalankan pekerjaan melalui laptop, netbook, smartphone, tablet, mulai dari
mengirim, menerima informasi bahkan mengakses aplikasi perusahaan, tanpa
dibatasi waktu dan tempat.
Studi
terbaru IDC, menyebutkan pada 2013 diprediksi sebanyak 1,2 miliar pekerja di
dunia atau 35 persen menggunakan perangkat pribadi untuk menjalankan aplikasi
perusahaan. Adopsi tren Bring Your Own Device (BYOD) semakin populer di
kalangan pekerja masa kini. Hal ini tak lepas dari pesatnya peredaran perangkat
dan teknologi pengiringnya. Dengan semakin banyaknya smartphone dan personal
device seperti tablet PC memudahkan perusahaan dalam menjangkau konsumer.
Hambatan bagi perusahaan bukan lagi akses terhadap informasi, tetapi kemampuan
untuk menghubungkan orang dengan informasi pada waktu yang tepat.
Kesadaran
dalam mengadopsi BYOD di kalangan enterprise membuat perusahaan kini merasa
yang diutamakan bukan cost reduction, melainkan produktivitas. Manajemen
perangkat seluler dan keamanan, mengelola kontrol perangkat mobile dan
pemisahan data, menjamin akses ke perusahaan dari perangkat mobile, serta
bagaimana mengamankan dan mengelola semua data yang dimiliki perusahaan.
IBM
memperkirakan implementasi Bring Your Own Device (BYOD) membutuhkan waktu
sekitar tiga hingga enam bulan untuk berintegrasi dengan sistem teknologi
informasi (TI) yang telah digunakan suatu perusahaan selama ini. Ketika satu perusahaan memutuskan untuk mengadopsi BYOD
maka harus memiliki perencanaan dan strategi holistik dengan melihat kondisi
sistem TI-nya secara berkelanjutan.
Hadirnya cloud computing bisa mempermudah adopsi BYOD. Hal
ini terutama dalam membuat perangkat seperti laptop atau komputer bisa
menjalankan aplikasi kantor dan pribadi secara terpisah. Tantangan mengembangkan
BYOD bagi perusahaan adalah membuat aplikasi mobile yang bisa berjalan di
platform berbeda dan mengembangkan aplikasi yang selama ini biasa digunakan
untuk enterprise menjadi mudah diakses secara mobile.
Kesuksesan implementasi Bring Your Own Device (BYOD) bukan berdasarkan
jumlah pengadopsi tren teknologi ini semata. Ada beberapa faktor yang membuat
BYOD bisa disebut sukses di suatu negara yaitu matangnya ekosistem digital
suatu negara. Terdapat beberapa model dari BYOD yang bisa diadopsi di
Indonesia. Pertama, membatasi perangkat yang digunakan karyawan dengan merujuk
pada merek tertentu, kedua, membatasi dengan merujuk pada spesifikasi teknis
tertentu, ketiga, membatasi perangkat pada software tertentu dan keempat, tidak
ada pembatasan sama sekali.
Dari 200 responden kalangan pekerja profesional dengan
rentang usia 20-57 tahun yang berhasil disurvei Indonesian Cloud Forum (ICF)
bersama Indotelko di tiga propinsi Jakarta, Jawa Barat, dan Banten responden
menyatakan jika BYOD diadopsi maka mayoritas mengaku lebih menyukai OS Android
dengan persentase 62,8%. Sementara BlackBerry (11,6%) meski dari sisi jumlah
pengguna lebih banyak namun cuma jadi pilihan ketiga di belakang iOS (25,6%).
Dalam survei juga diketahui bahwa hanya 44,2% pekerja yang
lebih senang bekerja di kantor, mayoritas merasa lebih nyaman bekerja di luar
kantor dengan persentase terbesar lebih suka bekerja di rumah (39,5%) dan di
mal atau cafe (16,3%).
Para responden profesional ini lebih suka bekerja di luar
kantor, perangkat BYOD yang paling dirasa perlu untuk digunakan mereka, antara
lain tablet, netbook, smartphone, dan laptop. Ancaman gaya kerja BYOD (Bring Your Own Device) pada sebuah perusahaan
terletak pada perangkat yang digunakan. Alasannya, perangkat BYOD pekerja belum
tentu aman lantaran juga dipakai untuk urusan pribadi. Namun, perusahaan VMware
menawarkan teknologi yang disebutnya Dual Persona. Inovasi ini memungkinkan dua
profil dalam sebuah smartphone, dimana salah satunya dioptimalisasi untuk
mendukung pengaplikasian BYOD, sementara yang lain untuk penggunaan harian.
Namun untuk mengoptimalkan teknologi Dual Persona ini, pengguna korporat
harus lebih dulu menggunakan layanan Horizon Suite milik VMware. Dimana layanan
ini merupakan 'penghubung' antara perangkat BYOD dengan jaringan kantor.
Kualitas
layanan operator telekomunikasi dinilai masih menjadi salah satu penghambat
berkembangnya tren prilaku karyawan perusahaan membawa gadget sendiri untuk
bekerja. Tren penggunaan perangkat pribadi untuk bekerja terus semakin
meningkat, tercermin dari mayoritas karyawan yang siap mengadopsi BYOD. Tetapi
dalam implementasinya masih terkendala kualitas layanan operator.
Dalam
hasil survey yang dilakukan oleh ICF dan Indotelo.com terhadap 200 responden
dari kalangan pekerja profesional yang tinggal di Jabodetabek, dengan rentang
usia responden 20-57 tahun. Tercatat sebanyak 34,9 persen responden mengaku
belum puas dengan kapasitas layanan internet milik operator, walaupun sekitar
63 persen menyatakan puas.
Kualitas
layanan menjadi hambatan karena sebanyak 56,1 persen responden masih berharap
bisa mendapatkan kecepatan ideal yang stabil di kisaran 1-3 Mbps saat mengakses
internet. Sedangkan 39 persen mendambakan tingkat kecepatan internet
yang digunakan bisa di atas 3 Mbps. Fakta tersebut mencerminkan
bahwa layanan yang disediakan operator untuk internet belum bisa menunjang
BYOD.
Meski
demikian, dari sisi tarif, survei tersebut memberi sinyal positif di mana
sebanyak 54,8 persen responden mengakui puas terhadap tarif telepon seluler
yang dikenakan operator berkisar Rp90-Rp100 per detik. Selain itu mayoritas
responden atau sebanyak 52,3 persen rela membayar Rp100.000-Rp300.000 per bulan
untuk berlangganan paket data seluler. Sebanyak 47,7 persen
berharap bisa mendapatkan kapasitas paket data lebih dari 5GB, sedangkan 38,6
persen tidak mempermasalahkan jika kapasitas yang didapat sebesar 2-5GB, dan
sebanyak 13,6 persen memperoleh kapasitas 1-2GB.
Untuk
kapasitas data sebesar itu, khususnya untuk paket data unlimited sebanyak 81,8
persen, para responden bahkan rela merogoh kocek lebih dalam dengan kisaran
Rp300.000-Rp500.000 sebanyak 20,5 persen dan Rp500.000-Rp1juta sebanyak 18,2
persen. Mayoritas responden yang disurvei lebih menyukai sistem
operasi Android dengan persentase 62,8 persen, disusul BlackBerry sebanyak 11,6
persen, meski dari sisi jumlah pengguna lebih banyak namun cuma jadi pilihan
ketiga dibandingkan iOS sebanyak 25,6 persen.
Android
juga tercatat menjadi pilihan utama para pelanggan data operator jika ditanya
soal kecepatan dan ketepatan layanan yang sesuai harapan dengan persentase 48,7
persen, sementara BlackBerry hanya mendapatkan voting 28,2 persen, dan via
modem data 23,1 persen. Berbicara soal nilai tambah (value
added services/VAS), layanan "mobile payment" menjadi yang paling
dibutuhkan sebanyak 32,6 persen, mobile banking 27,9 persen dan games sebanyak
18,6 persen. Sedangkan fitur mobile banking juga paling dimanfaatkan
demi urusan transaksi dipilih oleh 52,4 persen responen, cek saldo 28,6 persen,
dan transfer dana 19 persen. Adapun dari sisi
lokasi, sebanyak 44,2 persen lebih senang bekerja di kantor, mayoritas merasa
lebih nyaman bekerja di luar kantor dengan persentase terbesar lebih suka
bekerja di rumah sebanyak 39,5 persen, dan di mal atau cafe sebanyak 16,3
persen.
Operator
telekomunikasi PT XL Axiata siap menggarap pasar "Bring Your Own
Device" (BYOD) atau kelompok profesional yang bekerja dengan menggunakan
perangkat pribadi dalam menjalankan tugas-tugas perusahaan. Layanan yang dapat meningkatkan produktivitas pekerja
pada suatu perusahaan dan menciptakan efisiensi biaya bagi perusahaan yang
bersangkutan
Faktor
yang paling berpengaruh pada perkembangan BYOD ini adalah keamanan, karena
banyak alasan hal satu ini menjadi pemicu lambatnya perkembangan BYOD. Namun,
beberapa perusahaan menawarkan sistem keamanan untuk menunjang kehadiran BYOD
diantaranya:
a.
Hewlett
Packard (HP)
HP
sebagai perusahaan yang juga bergerak dibidang solusi jaringan, menawarkan
sistem keamanan infrastruktur dengan penggunaan solusi kabel (wired) dan
nirkabel (wireless) dengan jaringan yang lebih sederhana. Ini merupakan solusi
lengkap yang ditawarkan untuk memaksimalkan fungsi HP FlexNetwork architechture
guna mendukung keperluan BYOD.
b.
FortiOS
5.0
Sistem
operasi terbaru diperkenalkan oleh fortinet, sistem ini memberikan sistem
keamanan, kecerdasan dan kendali yang lebih baik dalam melindungi perusahaan
dari berbagai ancaman serius saat ini dan menghadirkan beragam lingkungan BYOD
yang lebih aman.
Hasilnya,
seluruh perusahaan dapat melindungi diri mereka dengan lebih baik dari berbagai
ancaman tingkat tinggi serta mengelola dan melindungi jaringan mereka dari
serangan berbagai jenis perangkat mobile dan aplikasi baru.
c.
Symantec
Perusahaan
penyedia produk untuk solusi keamanan dan backup memperkenalkan sebuah aplikasi
bernama, App Center Ready Program. Aplikasi yang dapat digunakan pada berbagai
perangkat mobile berbasis iOS dan Android ini, diklaim oleh Symantec, mampu
memberikan beragam penawaran baru untuk membantu perusahaan mempercepat
inisiatif mobilitas mereka
Karena BYOD banyak karyawan yang mendaftar dan berbagi file consumer yang
gratis seperti Dropbox. Apple iCloud, dan Google Drive. Sehingga karyawan
berbagi dokumen bisnis dengan pihak ketiga dan itu ada di luar kontrol departemen
TI. Akibatnya aset informasi perusahaan dan
menciptakan ancaman serius seperti, kebocoran data, hilangnya hak
kekayaan intelektual, pelanggaran kepatuhan peraturan untuk kerahasiaan.
Untuk menggelar solusi sinkronisasi dan berbagi file yang sukses dengan ROI
yang tinggi, organisasi TI harus mempertimbangkan persyaratan sebagai berikut:
a. Solusi On Premise
Perusahaan harus mencari solusi yang memungkinkan
mereka untuk menyimpan data secara lokal, dalam sebuah pusat data yang
menghilangkan risiko keamanan terkait dengan layanan awan publik. Satu-satunya
cara untuk mencapai keamanan total jika aplikasi mobile dan data bisnis secara
lokal, terletak di belakang firewall khusus dan dinaungi oleh semua pertahanan
yang ini berarti, seperti perlindungan anti-virus dan kontrol akses.
b. Kemampuan Mengelola Semua Jenis Data
Karyawan menggunakan BYOD untuk memeriksa email,
mereview kontrak dan mengirim dokumen. Solusi sinkronisasi dan berbagi file
yang benar harus mampu mengelola semua jenis data, termasuk file, gambar, pdf
dan klip video, dengan menyediakan sebuah pusat, gudang data berbasis-konten,
yang bekerja sebagai sumber tunggal sinkronisasi dan berbagi file.
c. Kemampuan Sinkronisasi dan Berbagi
Karyawan menggunakan beberapa perangkat PC desktop, smartphone dan tablet yang semuanya dikonfigurasi dengan sistem
operasi yang berbeda (misalnya MS Windows, iOS dan Android).
Solusi sinkronisasi dan berbagi file yang optimal
harus menyediakan fitur standar dalam aplikasi sinkronisasi dan berbagi file
yang dapat mendukung berbagai sistem operasi dan campuran perangkat mobile.
d.
Kontrol Keamanan Ketat
Karyawan sering bekerja dengan data sensitif, seperti
quotation dan kontrak penjualan. Oleh karena itu, file harus dienkripsi, dan
ditransmisikan melalui SSL.
Tergantung pada tingkat kontrol yang diperlukan,
perusahaan dapat mempertimbangkan kontrol akses yang ketat untuk file
individual, penggunaan sandi pada perangkat tertentu, dan bahkan penghapusan
jarak jauh dan mencatat jejak akses dan pelaporan.
e.
Penempatan dan Manajemen yang Mudah
Integrasi dengan infrastruktur yang ada merupakan
aspek penting dari solusi. Perusahaan harus mampu mengintegrasikan antar-muka
yang user-friendly dari solusi sinkronisasi dan berbagi file dengan sistem yang
ada seperti Microsoft Active Directory, dan mendukung beberapa protokol,
standar industri dan aplikasi.
f.
Skalabilitas
Jika diterapkan dengan benar, solusi sinkronisasi dan berbagi file akan sangat mudah digunakan, yang akan mendorong pengguna untuk menyimpan banyak data dengan sangat cepat.
Jika diterapkan dengan benar, solusi sinkronisasi dan berbagi file akan sangat mudah digunakan, yang akan mendorong pengguna untuk menyimpan banyak data dengan sangat cepat.
Perusahaan harus menanggapi ini dengan kesiapan untuk
meningkatkan kuota per pengguna. Infrastruktur ini harus tersedia
skalabilitasnya dengan kapasitas besar yang dapat ditingkatkan (dari beberapa
terabyte, misalnya, hingga petabyte jika perlu).
g.
Optimalisasi Data
Sinkronisasi dan berbagi file berhubungan dengan
volume data yang sangat besar, seperti file, isi database dan email dari
ratusan perangkat BYOD. Solusi sinkronisasi dan berbagi file yang optimal harus
menyediakan fitur optimasi data seperti kompresi dan single-instancing. Ini
akan membantu mengoptimalkan storage dan meningkatkan return atas
investasi.
h.
Ketersediaan
Karyawan ingin menyimpan email dan dokumen di 'ujung jari' mereka untuk kapan saja mereka bertemu dengan pelanggan atau mendiskusikan proposal dengan mitra. Itulah salah satu alasan utama mengapa BYOD telah menjadi suatu alat penting.
Karyawan ingin menyimpan email dan dokumen di 'ujung jari' mereka untuk kapan saja mereka bertemu dengan pelanggan atau mendiskusikan proposal dengan mitra. Itulah salah satu alasan utama mengapa BYOD telah menjadi suatu alat penting.
Bahkan satu menit downtime dapat mempengaruhi
produktivitas mereka, dan profitabilitas seluruh bisnis Anda. Menuntut paling
sedikit 99,999% ketersediaan untuk sinkronisasi dan berbagi file sangat penting
untuk memastikan kelangsungan bisnis.
i.
Storage yang Dapat Melindungi Diri Sendiri
Perusahaan perlu berpikir tentang semua biaya
tersembunyi yang terkait dengan pertumbuhan data, seperti biaya back up.
Karyawan akan mengharapkan data mereka harus dilindungi oleh TI, tapi mem-back
up data dalam jumlah besar bisa sangat mahal dan kompleks.
Perusahaan dapat merespons tantangan ini dengan
melengkapi solusi sinkronisasi dan berbagi file mereka dengan storage yang
dapat melindungi diri-sendiri di mana data dilindungi tanpa back up.
j.
Jaminan Kepatuhan
Sebagian besar karyawan tidak memiliki banyak
pengetahuan TI dan tidak mengerti potensi bahaya yang mereka tempatkan di
perusahaan mereka dengan menggunakan platform berbagi file konsumer yang berada
di luar kendali dari departemen TI mereka.
Sebuah solusi sinkronisasi dan berbagi file yang andal akan mengkompensasi
kurangnya kesadaran ini melalui fitur integritas data dan kepatuhan yang
memungkinkan kolaborasi mulus dan berbagi file, tanpa mengorbankan kebijakan
perusahaan dan hukum mengenai keamanan data.
Jika perusahaan tidak memiliki solusi sinkronisasi dan berbagi file,
karyawan akan sering menggunakan platform dan aplikasi pihak ketiga, gratis,
yang banyak menimbulkan ancaman serius bagi bisnis mereka.
Tanpa solusi itu, tidak ada cara bagi departemen TI untuk mengawasi
penggunaan platform dan aplikasi gratis tersebut, yang berarti departemen TI
tidak dapat melindungi data perusahaan setelah data tersebut berada di luar
dinding kantor.
Menempatkan solusi sinkronisasi dan berbagi file adalah satu-satunya cara
untuk menjamin keamanan dan kepatuhan dari tenaga kerja mobile yang sangat
produktif.
Berikut adalah analisis SWOT BYOD di Indonesia:
Kekuatan BYOD dan
Peluang :
1.
BYOD dapat
menciptakan peluang tenaga kerja yang lebih mobile, tak dibatasi meja di
kantor.
2.
BYOD akan menciptakan keuntungan dari
sisi efisiensi, kemudian tingkat happiness yang lebih tinggi di antara
karyawan.
3.
Inovasi juga
akan semakin besar, sehingga perusahaan akan mendapatkan lebih banyak ide-ide
segar.
Kelemahan BYOD dan Ancaman :
1.
Karyawan
membayar atau membeli untuk semua ponsel, laptop maupun tablet sendiri, berarti
karyawan mensubsidi perusahaan.
2.
Jika
karyawan gadget nya digunakan untuk bekerja, maka karyawan akan mengklaim biaya
yang dikeluarkan itu ke kantor, berarti tidak ada pengurangan biaya.
3.
Divisi
teknologi informasi akan lebih sulit, karena mereka harus menangani kerusakan
pada ponsel, laptop maupun tablet karyawan karena mengadopsi BYOD. Selain itu,
masalah keamanan juga menjadi perhatian yang ujungnya juga akan menambah biaya
penyediaan perangkat lunak baru seperti proteksi mobile data, mobile device
management serta akses privileges berdasar perangkat masing-masing individu.
4.
Keseragaman
alat. Mengizinkan BYOD artinya bisa terjadinya ketidak seimbangan antarkaryawan
karena menggunakan gadget yang berbeda-beda. Sehingga, adalah hal yang masuk
akal, perangkat untuk seluruh karyawan disamakan, seperti sekolah yang memiliki
seragam.
5.
Resiko
keamanan menjadi isu terbesar BYOD, sebab membolehkan konsumen memasuki
jaringan perusahaan membawa resiko besar. Sehingga, harus ada ketentuan dan
aturan mengenai penggunaan perangkat BYOD jika digunakan oleh karyawan atau
keluarga untuk hiburan.
BYOD sulit untuk diaplikasikan karena kekhawatiran
kehilangan data. Data yang hilang di karyawan, artinya data perusahaan juga
hilang. Kalaupun data perusahaan selalu diupayakan terproteksi oleh perusahaan,
yang juga tak kalah repot adalah memisahkan data pribadi dan data perusahaan
yang berada dalam satu perangkat tersebut.
BYOD hanyalah menguntungkan di saat-saat awal, namun
pada periode yang lama akan merugikan. Di awal ketika menggunakan perangkat
baru, tentu belum menjadi masalah, namun dalam perjalanannya, karena tidak
semua karyawan memiliki cara memperlakukan pernagkat mereka secara sama, bisa
jadi dalam waktu tidak beberapa lama akan rusak atau butuh perbaikan. Belum
lagi, jika pernagkat berbeda, yang membutuhkan interoperability antarperangkat
yang dimiliki karyawan.
Selain soal teknik, masalah lisensi juga menjadi
perhatian. Sebab, jika berubah ke BYOD, artinya semua lisensi menjadi tanggung
jawab perusahaan. Sehingga, divisi TI harus memastikan lisensi yang dimiliki
cukup untuk menangani semua perangkat BYOD.
Berikutnya adalah soal produktivitas. Alasan orang
memiliki atau membeli perangkat ponsel, laptop atau tablet sendiri adalah untuk
kesenangan, bukan bekerja. Sehingga, adalah beresiko jika hal-hal yang tadinya
untuk kesenangan dibatasi untuk bisnis atau pekerjaan. Atau sebaliknya, jika
BYOD disediakan perusahaan, adalah juga menyiksa jika perangkat hanya bisa
dipakai untuk bekerja, padahal di dalam pernagkat tersebut ada aplikasi seperti
games, video ataupun jejaring sosial.
Terakhir, namun juga penting, adalah banyak karyawan
yang juga tidak terlalu peduli dengan gadget. Mungkin hal yang aneh, namun
tidak semua orang begitu mengikuti perkembangan teknologi atau terobsesi akan
kehadiran teknologi baru.
IV.
PENUTUP
Karyawan llebih menyukai pekerjaaan yang bias
dikerjakan dimana saja. Adanya BYOD ini bias menjadi salah satu udara baru bagi para karyawan. Namun,
system keamanan harus tetap diperhatikan untuk mencegah terjadinya kehilangan
data dan pencurian yang tidak di inginkan oleh pihak perusahaan.
V.
DAFTAR PUSTAKA
2. hhtp://wahyucouple.blogspot.com/2013/04/hp-tawarkan-solusi-keamanan-byod.html
3. http://inet.detik.com/read/2013/05/20/164043/2250945/398/pastikan-byod-tak-korbankan-keamanan-data
5. http://www.antaranews.com/berita/373545/survei-adopsi-byod-terkendala-kualitas-layanan-operator
HP TAWARKAN SOLUSI KEAMANAN BYOD PERUSAHAAN udah
Jakarta – Tema bring your on device
(BYOD) yang sedang digalakkan perusahaan sekarang ini, memiliki keuntungan dan
kerugian sendiri. Salah satunya adalah faktor keamanan, karena akses perangkat
mobile mempengaruhi mudahnya bocor informasi perusahaan.
“Faktor yang paling berpengaruh pada
perkembangan BYOD ini adalah keamanan, karena banyak alasan hal satu ini
menjadi pemicu lambatnya perkembangan hal tersebut. Dan hal keamanan ini juga
menjadi yang paling kami perhatikan,” ujar Justin Chiah, Category Manager
Networking Hewlett Packard (HP) Indonesia, di Jakarta, Rabu (10/04).
Menurutnya, sistem keamanan itu
berasal dari infrastruktur yang digunakan perusahaan masih menerapkan sistem
pengelolaan yang berbeda untuk Wired dan Wireless.
“Operator TI akan mengalami kerumitan
apabila Wired dan Wireless masih dipisahkan, selain itu juga pengelolaan
terkadang terlalu rumi,” jelas Justin.
Dan untuk memberikan kemudahan
tersebut, HP sebagai perusahaan yang juga bergerak dibidang solusi jaringan,
memberikan pemecahan masalah tersebut dengan penggunaan solusi kabel (wired)
dan nirkabel (wireless) dengan jaringan yang lebih sederhana.
“Ini merupakan solusi lengkap yang
ditawarkan untuk memaksimalkan fungsi HP FlexNetwork architechture guna mendukung
keperluan BYOD klien,” terangnya.
Infrastruktur tersebut bekerja dengan fungsi pengadaan dan on-boarding device terbaru melalui pengelolaan tunggal dan keamanan secara otomatis lewat teknologi software-define networks (SDN).
Infrastruktur tersebut bekerja dengan fungsi pengadaan dan on-boarding device terbaru melalui pengelolaan tunggal dan keamanan secara otomatis lewat teknologi software-define networks (SDN).
Melalui pengadaan infrastruktur ini,
perusahaan diklaim bisa meminimalisir biaya operasional hingga 38%, serta
mendukung perangkat mobile hingga 1000 device Wireles. “Melalui solusi yang
kami tawarkan ini juga, pengguna bisa selalu terhubung dengan mengurangi masa
down-time, karena didukung juga dengan software HP Wi-Fi Clear Connect,”
tutupnya.
Kolom Telematika
Pastikan BYOD
Tak Korbankan Keamanan Data!
Penulis: Terrance M. Tangit - detikinet
Senin, 20/05/2013 16:40 WIB
Terrance
Maximus Tangit (hds)
Jakarta - Salah satu tren yang
paling nyata kita lihat dalam beberapa tahun terakhir adalah fenomena Bring
Your Own Device (BYOD). Dengan BYOD, perusahaan mengizinkan karyawan untuk
menggunakan smartphone atau tablet mereka sendiri untuk berbagi file dan
berkolaborasi dengan rekan kerja, mitra bisnis dan pelanggan di lingkungan
perusahaan.
Kebebasan bagi karyawan untuk menggunakan perangkat pilihan mereka tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga memungkinkan akses berkelanjutan ke email, file dan dokumen kapan saja, di mana saja.
Di sisi lain, perusahaan bisa mendapatkan keuntungan instan dalam hal visibilitas, manajemen waktu, penghematan biaya, dan lingkungan kerja yang positif -- semua tanpa harus berinvestasi dalam peralatan mahal, ruang kerja atau tenaga kerja tambahan.
Menurut laporan terakhir, pasar global BYOD dan enterprise bergerak juga sedang mengalami pertumbuhan eksponensial, dari USD 67,21 miliar pada tahun 2011 menjadi sekitar USD 181,39 miliar pada tahun 2017 dengan proyeksi CAGR 15,17%.
Ancaman yang Mengintai
Dengan popularitas BYOD, tidak mengherankan bahwa karyawan sering mendaftar untuk layanan berbagi file consumer yang gratis seperti Dropbox, Apple iCloud dan Google Drive. Dengan kata lain, karyawan berbagi dokumen bisnis dengan pihak ketiga dan menyimpan dokumen di tempat-tempat yang benar-benar di luar kontrol departemen TI mereka.
Kebebasan bagi karyawan untuk menggunakan perangkat pilihan mereka tidak hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga memungkinkan akses berkelanjutan ke email, file dan dokumen kapan saja, di mana saja.
Di sisi lain, perusahaan bisa mendapatkan keuntungan instan dalam hal visibilitas, manajemen waktu, penghematan biaya, dan lingkungan kerja yang positif -- semua tanpa harus berinvestasi dalam peralatan mahal, ruang kerja atau tenaga kerja tambahan.
Menurut laporan terakhir, pasar global BYOD dan enterprise bergerak juga sedang mengalami pertumbuhan eksponensial, dari USD 67,21 miliar pada tahun 2011 menjadi sekitar USD 181,39 miliar pada tahun 2017 dengan proyeksi CAGR 15,17%.
Ancaman yang Mengintai
Dengan popularitas BYOD, tidak mengherankan bahwa karyawan sering mendaftar untuk layanan berbagi file consumer yang gratis seperti Dropbox, Apple iCloud dan Google Drive. Dengan kata lain, karyawan berbagi dokumen bisnis dengan pihak ketiga dan menyimpan dokumen di tempat-tempat yang benar-benar di luar kontrol departemen TI mereka.
Konsumerisasi layanan
TI enterprise dan proliferasi BYOD ini membahayakan keamanan dan integritas
aset informasi perusahaan dan menciptakan ancaman serius, misalnya, kebocoran
data, hilangnya hak kekayaan intelektual, pelanggaran kepatuhan peraturan untuk
kerahasiaan dan retensi, dan eksposur jaringan perusahaan terhadap ancaman
eksternal.
Untuk secara efektif
dan aman mendukung fenomena BYOD saat ini, perusahaan harus memberikan
alternatif platform untuk sinkronisasi dan berbagi file yang memungkinkan
pengguna untuk mengakses data dan berkolaborasi pada perangkat apa saja, dari
lokasi mana saja, setiap saat, namun melakukannya dengan aman, dan dengan
pengawasan perusahaan, dengan menggunakan objek cloud berbasis-storage, privat.
Untuk menggelar
solusi sinkronisasi dan berbagi file yang sukses dengan ROI yang tinggi,
organisasi TI harus mempertimbangkan persyaratan sebagai berikut:
·
Solusi On Premise
Perusahaan
harus mencari solusi yang memungkinkan mereka untuk menyimpan data secara lokal, dalam sebuah pusat data
yang menghilangkan risiko keamanan terkait dengan layanan awan publik.
Satu-satunya cara untuk mencapai keamanan total jika aplikasi mobile dan data bisnis secara lokal, terletak di belakang firewall khusus dan dinaungi oleh semua pertahanan yang ini berarti, seperti perlindungan anti-virus dan kontrol akses.
Satu-satunya cara untuk mencapai keamanan total jika aplikasi mobile dan data bisnis secara lokal, terletak di belakang firewall khusus dan dinaungi oleh semua pertahanan yang ini berarti, seperti perlindungan anti-virus dan kontrol akses.
·
Kemampuan Mengelola Semua Jenis Data
Karyawan
menggunakan BYOD untuk memeriksa email, mereview kontrak dan mengirim dokumen.
Solusi sinkronisasi dan berbagi file yang benar harus mampu mengelola semua
jenis data, termasuk file, gambar, pdf dan klip video, dengan menyediakan
sebuah pusat, gudang data berbasis-konten, yang bekerja sebagai sumber tunggal
sinkronisasi dan berbagi file.
·
Kemampuan Sinkronisasi dan Berbagi
Karyawan
menggunakan beberapa perangkat -- PC desktop, smartphone dan tablet – yang semuanya dikonfigurasi dengan
sistem operasi yang berbeda (misalnya MS Windows, iOS dan Android).
Solusi sinkronisasi dan berbagi file yang optimal harus menyediakan fitur standar dalam aplikasi sinkronisasi dan berbagi file yang dapat mendukung berbagai sistem operasi dan campuran perangkat mobile.
Solusi sinkronisasi dan berbagi file yang optimal harus menyediakan fitur standar dalam aplikasi sinkronisasi dan berbagi file yang dapat mendukung berbagai sistem operasi dan campuran perangkat mobile.
·
Kontrol Keamanan Ketat
Karyawan
sering bekerja dengan data sensitif, seperti quotation dan kontrak penjualan.
Oleh karena itu, file harus di-enkripsi, dan ditransmisikan melalui SSL.
Tergantung
pada tingkat kontrol yang diperlukan, perusahaan dapat mempertimbangkan kontrol
akses yang ketat untuk file individual, penggunaan sandi pada perangkat
tertentu, dan bahkan penghapusan jarak jauh dan mencatat jejak akses dan
pelaporan.
·
Penempatan dan Manajemen yang Mudah
Integrasi
dengan infrastruktur yang ada merupakan aspek penting dari solusi. Perusahaan
harus mampu mengintegrasikan antar-muka yang user-friendly dari solusi
sinkronisasi dan berbagi file dengan sistem yang ada seperti Microsoft Active
Directory, dan mendukung beberapa protokol, standar industri dan aplikasi
·
Skalabilitas
Jika
diterapkan dengan benar, solusi sinkronisasi dan berbagi file akan sangat mudah
digunakan, yang akan mendorong pengguna untuk menyimpan banyak data dengan
sangat cepat.
Perusahaan
harus menanggapi ini dengan kesiapan untuk meningkatkan kuota per penggunan
Infrastruktur ini harus tersedia skalabilitasnya
dengan kapasitas besar yang dapat ditingkatkan (dari beberapa terabyte, misalnya,
hingga petabyte jika perlu).
·
Optimalisasi Data
Sinkronisasi dan berbagi file berhubungan dengan
volume data yang sangat besar, seperti file, isi database dan email dari ratusan perangkat BYOD. Solusi
sinkronisasi dan berbagi file yang optimal harus menyediakan fitur optimasi
data seperti kompresi dan single-instancing. Ini akan membantu mengoptimalkan
storage dan meningkatkan return atas investasi.
·
Ketersediaan
Karyawan ingin menyimpan email dan dokumen di
'ujung jari' mereka untuk kapan saja mereka bertemu dengan pelanggan atau
mendiskusikan proposal dengan mitra. Itulah salah satu alasan utama mengapa
BYOD telah menjadi suatu alat penting.
Bahkan satu menit downtime dapat mempengaruhi
produktivitas mereka, dan profitabilitas seluruh bisnis Anda. Menuntut paling
sedikit 99,999% ketersediaan untuk sinkronisasi dan berbagi file sangat penting
untuk memastikan kelangsungan bisnis.
·
Storage yang Dapat Melindungi Diri Sendiri
Perusahaan perlu berpikir tentang semua biaya
tersembunyi yang terkait dengan pertumbuhan data, seperti biaya back up.
Karyawan akan mengharapkan data mereka harus dilindungi oleh TI, tapi mem-back
up data dalam jumlah besar bisa sangat mahal dan kompleks.
Perusahaan dapat merespons tantangan ini dengan
melengkapi solusi sinkronisasi dan berbagi file mereka dengan storage yang
dapat melindungi diri-sendiri di mana data dilindungi tanpa back up.
·
Jaminan Kepatuhan
Sebagian besar karyawan tidak memiliki banyak
pengetahuan TI dan tidak mengerti potensi bahaya yang mereka tempatkan di
perusahaan mereka dengan menggunakan platform berbagi file konsumer yang berada
di luar kendali dari departemen TI mereka.
Sebuah solusi sinkronisasi dan berbagi file yang
andal akan mengkompensasi kurangnya kesadaran ini melalui fitur integritas data
dan kepatuhan yang memungkinkan kolaborasi mulus dan berbagi file, tanpa
mengorbankan kebijakan perusahaan dan hukum mengenai keamanan data.
Jika
perusahaan tidak memiliki solusi sinkronisasi dan berbagi file, karyawan akan
sering menggunakan platform dan aplikasi pihak ketiga, gratis, yang banyak
menimbulkan ancaman serius bagi bisnis mereka.
Tanpa
solusi itu, tidak ada cara bagi departemen TI untuk mengawasi penggunaan
platform dan aplikasi gratis tersebut, yang berarti departemen TI tidak dapat
melindungi data perusahaan setelah data tersebut berada di luar dinding
kantor.
Menempatkan
solusi sinkronisasi dan berbagi file adalah satu-satunya cara untuk menjamin
keamanan dan kepatuhan dari tenaga kerja mobile yang sangat produktif.
*) Penulis, Terrance M. Tangit merupakan
Managing Director ASEAN, Emerging Markets & Indonesia, Hitachi Data
Systems.
Implementasi BYOD Butuh Waktu Hingga 6 Bulan
Achmad Rouzni Noor II - detikinet
Selasa, 21/05/2013
09:04 WIB
Jakarta - IBM memperkirakan implementasi Bring Your Own Device (BYOD) membutuhkan
waktu sekitar tiga hingga enam bulan untuk berintegrasi dengan sistem teknologi
informasi (TI) yang telah digunakan suatu perusahaan selama ini.
"Normalnya sekitar tiga hingga enam bulan untuk impelementasi BYOD jika mau diadopsi oleh satu perusahaan. Ini harus dilihat skala perusahaannya dan jenis pekerjaan yang akan di BYOD-kan," jelas WebSphere Technical Sales Leader IBM Indonesia, Eryan Ariobowo dalam keterangan tentang BYOD di Jakarta, Selasa (21/5/2013).
Disarankannya, ketika satu perusahaan memutuskan untuk mengadopsi BYOD maka harus memiliki perencanaan dan strategi holistik dengan melihat kondisi sistem TI-nya secara end-to-end.
"Harus ada standarisasi, misal di level sistem operasi satu perangkat tidak bisa standar, tetapi di level aplikasi harus sama standarnya. Selain itu juga harus ada level prioritas dari jenis pekerjaan yang bisa cepat adopsi BYOD," jelasnya.
Menurutnya, hadirnya cloud computing bisa mempermudah adopsi BYOD. Hal ini terutama dalam membuat perangkat seperti laptop atau komputer bisa menjalankan aplikasi kantor dan pribadi secara terpisah.
"Di perangkat mobile seperti smartphone sepertinya belum bisa. Kita pasang mirror, sehingga ada dua virtual di perangkat karyawan. Ini sekuritinya juga jadi bagus," tuturnya.
Dikatakannya, tantangan mengembangkan BYOD bagi perusahaan solusi adalah membuat aplikasi mobile yang bisa berjalan di platform berbeda dan mengembangkan aplikasi yang selama ini biasa digunakan untuk enterprise menjadi mudah diakses secara mobile.
"Kuncinya di Mobile device management (MDM). Dengan MDM ini bisa mengelola dan mengontrol perangkat bergerak untuk mengakses data perusahaan," katanya.
Dijelaskannya, untuk memperkuat solusi di pasar mobile enterprise ini IBM telah melakukan sekurangnya 10 akuisisi perusahaan yang kuat di bidang tersebut sejak 2006, memiliki sekitar 270 patent untuk inovasi wireless, serta terus meningkatkan investasi guna mengembangkan IBM MobileFirst.
"Solusi IBM MobileFirst ini menjawab semua kebutuhan korporasi terutama masalah jaminan BYOD itu tidak hanya menekan biaya tetapi meningkatkan produktivitas karyawan. Produk ini cepat bisa diimpelemntasikan dan bisa berjalan di cross platform serta mampu terkoneksi dengan mulus ke aplikasi enterprise," tukasnya.
(rou/rou)
"Normalnya sekitar tiga hingga enam bulan untuk impelementasi BYOD jika mau diadopsi oleh satu perusahaan. Ini harus dilihat skala perusahaannya dan jenis pekerjaan yang akan di BYOD-kan," jelas WebSphere Technical Sales Leader IBM Indonesia, Eryan Ariobowo dalam keterangan tentang BYOD di Jakarta, Selasa (21/5/2013).
Disarankannya, ketika satu perusahaan memutuskan untuk mengadopsi BYOD maka harus memiliki perencanaan dan strategi holistik dengan melihat kondisi sistem TI-nya secara end-to-end.
"Harus ada standarisasi, misal di level sistem operasi satu perangkat tidak bisa standar, tetapi di level aplikasi harus sama standarnya. Selain itu juga harus ada level prioritas dari jenis pekerjaan yang bisa cepat adopsi BYOD," jelasnya.
Menurutnya, hadirnya cloud computing bisa mempermudah adopsi BYOD. Hal ini terutama dalam membuat perangkat seperti laptop atau komputer bisa menjalankan aplikasi kantor dan pribadi secara terpisah.
"Di perangkat mobile seperti smartphone sepertinya belum bisa. Kita pasang mirror, sehingga ada dua virtual di perangkat karyawan. Ini sekuritinya juga jadi bagus," tuturnya.
Dikatakannya, tantangan mengembangkan BYOD bagi perusahaan solusi adalah membuat aplikasi mobile yang bisa berjalan di platform berbeda dan mengembangkan aplikasi yang selama ini biasa digunakan untuk enterprise menjadi mudah diakses secara mobile.
"Kuncinya di Mobile device management (MDM). Dengan MDM ini bisa mengelola dan mengontrol perangkat bergerak untuk mengakses data perusahaan," katanya.
Dijelaskannya, untuk memperkuat solusi di pasar mobile enterprise ini IBM telah melakukan sekurangnya 10 akuisisi perusahaan yang kuat di bidang tersebut sejak 2006, memiliki sekitar 270 patent untuk inovasi wireless, serta terus meningkatkan investasi guna mengembangkan IBM MobileFirst.
"Solusi IBM MobileFirst ini menjawab semua kebutuhan korporasi terutama masalah jaminan BYOD itu tidak hanya menekan biaya tetapi meningkatkan produktivitas karyawan. Produk ini cepat bisa diimpelemntasikan dan bisa berjalan di cross platform serta mampu terkoneksi dengan mulus ke aplikasi enterprise," tukasnya.
(rou/rou)
BYOD, Bukan Soal Cost Tapi Produktivitas belum
Susetyo Dwi Prihadi - detikinet
Kamis, 16/05/2013
18:06 WIB
Ilustrasi (Ist.)
Jakarta - Adopsi tren Bring Your Own Device (BYOD) semakin populer di kalangan
pekerja masa kini. Hal ini tak lepas dari pesatnya peredaran perangkat dan
teknologi pengiringnya.
Menurut survei yang dikutip oleh Strategic Business Development Director Intel Indonesia Corporation, Harry K. Nugraha, pada akhir tahun 2012 sebanyak 38% Direktur Teknologi Informasi (CIO) di Amerika Serikat mendukung penggunaan BYOD,.
Sementara itu dari 82% perusahaan yang disurvei pada tahun 2013 menyatakan, sebagian besar atau seluruh pekerjanya menggunakan perangkat sendiri untuk melakukan pekerjaan.
Sedangkan faktor yang mendorong BYOD, tercermin dari 74% direktur IT meyakini bahwa BYOD dapat membantu para pekerjanya lebih produktif.
Ditambahkannya, lebih dari satu tahun kemitraan dan kolaborasi antara sumber daya manusia, aspek hukum dan keamanan untuk melindungi karyawan dalam memilih penggunaan perangkat.
Dengan semakin banyaknya smartphone dan personal device seperti tablet PC memudahkan perusahaan dalam menjangkau konsumer. Hambatan bagi perusahaan bukan lagi akses terhadap informasi, tetapi kemampuan untuk menghubungkan orang dengan informasi pada waktu yang tepat.
"Meningkatkan kemampuan perangkat konsumer dengan aplikasi bisnis yang sama menjadi kunci dalam menggerakkan produktivitas dan keterlibatan karyawan dalam memajukan perusahaan," sebut Harry, dalam diskusi bertajuk 'Ready or Not, BYOD is Here' di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Kamis (16/5/2013).
"Kesadaran dalam mengadopsi BYOD di kalangan enterprise membuat perusahaan kini merasa yang diutamakan bukan cost reduction, melainkan produktivitas," sebutnya.
Sedangkan, Eryan Ariobowo WebSphere Technical Sales Leader IBM Indonesia, mengatakan dalam mengembangkan BYOD dibutuhkan kemampuan memanfaatkan infrastruktur TI secara holistik, termasuk mengidentifikasi jaringan terkait.
Selanjutnya, menciptakan aplikasi ponsel untuk berbagai platform mobile yang memanfaatkan aplikasi perusahaan agar dapat diakses dari berbagai piranti bergerak.
"Tidak kalah penting adalah manajemen perangkat seluler dan keamanan, mengelola kontrol perangkat mobile dan pemisahan data, menjamin akses ke perusahaan dari perangkat mobile, serta bagaimana mengamankan dan mengelola aplikasi bergerak," sebutnya.
Secara keseluruhan, dalam rangka memaksimalkan tren BYOD, IBM mengembangkan solusi melalui empat pola yaitu berdasarkan platform, analitik, sekuriti, dan manajemen.
(tyo/ash)
Menurut survei yang dikutip oleh Strategic Business Development Director Intel Indonesia Corporation, Harry K. Nugraha, pada akhir tahun 2012 sebanyak 38% Direktur Teknologi Informasi (CIO) di Amerika Serikat mendukung penggunaan BYOD,.
Sementara itu dari 82% perusahaan yang disurvei pada tahun 2013 menyatakan, sebagian besar atau seluruh pekerjanya menggunakan perangkat sendiri untuk melakukan pekerjaan.
Sedangkan faktor yang mendorong BYOD, tercermin dari 74% direktur IT meyakini bahwa BYOD dapat membantu para pekerjanya lebih produktif.
Ditambahkannya, lebih dari satu tahun kemitraan dan kolaborasi antara sumber daya manusia, aspek hukum dan keamanan untuk melindungi karyawan dalam memilih penggunaan perangkat.
Dengan semakin banyaknya smartphone dan personal device seperti tablet PC memudahkan perusahaan dalam menjangkau konsumer. Hambatan bagi perusahaan bukan lagi akses terhadap informasi, tetapi kemampuan untuk menghubungkan orang dengan informasi pada waktu yang tepat.
"Meningkatkan kemampuan perangkat konsumer dengan aplikasi bisnis yang sama menjadi kunci dalam menggerakkan produktivitas dan keterlibatan karyawan dalam memajukan perusahaan," sebut Harry, dalam diskusi bertajuk 'Ready or Not, BYOD is Here' di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Kamis (16/5/2013).
"Kesadaran dalam mengadopsi BYOD di kalangan enterprise membuat perusahaan kini merasa yang diutamakan bukan cost reduction, melainkan produktivitas," sebutnya.
Sedangkan, Eryan Ariobowo WebSphere Technical Sales Leader IBM Indonesia, mengatakan dalam mengembangkan BYOD dibutuhkan kemampuan memanfaatkan infrastruktur TI secara holistik, termasuk mengidentifikasi jaringan terkait.
Selanjutnya, menciptakan aplikasi ponsel untuk berbagai platform mobile yang memanfaatkan aplikasi perusahaan agar dapat diakses dari berbagai piranti bergerak.
"Tidak kalah penting adalah manajemen perangkat seluler dan keamanan, mengelola kontrol perangkat mobile dan pemisahan data, menjamin akses ke perusahaan dari perangkat mobile, serta bagaimana mengamankan dan mengelola aplikasi bergerak," sebutnya.
Secara keseluruhan, dalam rangka memaksimalkan tren BYOD, IBM mengembangkan solusi melalui empat pola yaitu berdasarkan platform, analitik, sekuriti, dan manajemen.
(tyo/ash)
